Resensi Film Dear Nathan
RESENSI FILM DEAR NATHAN

Sutradara
: Indra Gunawan
Produser
: Gope T. Samtani
Penulis
: Bagus Bramanti
Gea Rexy
Erisca Febriani
Gea Rexy
Erisca Febriani
Pemeran
: Amanda Rawles
Jefri Nichol
Surya Saputra
Rayn Wijaya
Diandra Agatha
Beby Tsabina
Chicco Kurniawan
Faiz Fadhil
Kevin Ardilova
Karina Suwandi
Ayu Dyah Pasha
Raquel Katie Larkin
Jefri Nichol
Surya Saputra
Rayn Wijaya
Diandra Agatha
Beby Tsabina
Chicco Kurniawan
Faiz Fadhil
Kevin Ardilova
Karina Suwandi
Ayu Dyah Pasha
Raquel Katie Larkin
Sinopsis
Salma
(Amanda Rawles) merupakan seorang murid pindahan di SMA Garuda. Suatu pagi ia
terlambat datang ke upacara bendera dan seorang murid bernama Nathan (Jefri Nichol),
yang dikenal sebagai murid berandal yang hobi tawuran, menyelamatkannya dari
hukuman. Salma, yang bertekad untuk selektif memilih teman, berusaha menjauhi
Nathan, namun Nathan justru membuat heboh satu sekolah dengan terang-terangan
mengejar cinta Salma. Berbagai cara dilakukan Salma untuk menghindar, namun
semakin ia menjauh, semakin ia dihadapkan pada kesempatan demi kesempatan untuk
memahami masa lalu Nathan dan perlahan jatuh cinta. Saat Nathan mulai membuka
diri dan mau berubah demi Salma, kekasih masa lalu Nathan, Seli, datang untuk
meminta cintanya kembali.
Kelebihan Film Dear Nathan :
Tapi nggak bisa dipungkiri, keberhasilan sebuah film tak
lepas dari kualitas acting pemainnya . Jefri Nichol dan Amanda
Rawles dapat membawakan tokoh Nathan dan Salma dengan sangat baik. Cheimistry yang
mereka ciptakan pun bagus sampai penonton terbawa suasana yang lebih dikenal
dengan istilah baper.
Kekurangan Film Dear Nathan :
berkaca pada sinopsis, materi cerita Dear Nathan sejatinya
klise. Entah sudah berapa kali film percintaan remaja mengusung tuturan soal
kisah kasih antara si badung dengan si rajin berlatar masa-masa SMA. Tengok
saja kawasan Asia yang semenjak popularitas serial Meteor Garden mengangkasa,
berderet-deret film berjalur romantis mempergunakan template senada.
Salah satu yang terbaru dan meninggalkan kesan mendalam di hati adalah Our
Times (2015). Memboyong materi cerita yang tidak lagi asing di telinga
semacam ini cenderung beresiko. Apabila si pembuat film kurang mahir bercerita,
film akan berakhir bak epigon. Butuh kecakapan dalam mengolahnya agar
meninggalkan cecapan rasa kuat di akhir, membuatnya terasa segar sekaligus
memposisikannya menjulang diantara film-film sejenis. Dan beruntunglah
bagi Dear Nathan, tim yang solid menyokongnya dari berbagai lini
sehingga mampu meninggalkan cecapan rasa kuat di akhir sekalipun bahan
obrolannya tidak lagi baru. Indra Gunawan yang sebelumnya mengobrak-abrik emosi
penonton melalui Hijrah Cinta yang kurang mendapat sorotan,
menempati kursi penyutradaraan. Dia bertugas mengejawantahkan skenario racikan
Bagus Bramanti (Mencari Hilal, Talak 3) dan Gea Rexy ke dalam bahasa
gambar. Dalam Dear Nathan, Indra mempertegas bahwa sosoknya sudah
saatnya diperhitungkan. Keterampilannya menggulirkan penceritaan di Dear
Nathan paling kentara mencolok di 30 menit awal yang mengasyikkan
sekaligus menit-menit jelang film tutup durasi yang bukan saja emosional tetapi
juga manis. Sikap penuh keragu-raguan seketika terhempas hanya beberapa saat
usai film memulai langkah pertamanya.
Komentar
Posting Komentar