Resensi Film Habibi dan Ainun
Resensi Film : Habibie & Ainun
Jenis
Film
: Drama
Produser
: Dhamoo
Punjabi, Manoj Punjabi
Sutradara
: Faozan Rizal
Penulis
Naskah :
Ginatri S. Noer, Ifan Adriansyah Ismail
Durasi
Film
: 125
menit
Studio
: MD Pictures
Distribusi
: MD
Pictures
Tanggal
Rilis
: 20 Desember 2012
Pemain
:
–
Reza Rahardian (Habibie)
–
Bunga Citra Lestari (Hasri Ainun Habibie)
–
Esa Sigit (Habibie muda)
–
Marsha Natika (Ainun Muda)
–
Ratna Riantiarno (Ibu Habibie)
–
Bayu Oktara (Fanny Habibie)
–
Tio Pakusadewo (H. M. Soeharto)
–
Vitta Mariana Barrazza (Arlies)
–
Mike Luccock (Ilham Akbar Habibie)
–
Radytia Argoebie (Thareq Kemal Habibie)
Pendahuluan
Faozan
Rizal adalah salah satu dari sedikit pembuat film Indonesia yang sangat
mencintai media film. Ia lahir pada tahun 1973 di Tegal, Jawa Tengah.
Faozan
Rizal belajar sinematografi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia telah
membuat banyak film pendek dan panjang, baik film cerita maupun dokumenter,
untuk menggali kekayaan tekstur film serta bermain-main dengan ketegangan antara
film dan fotografi. Ia juga membuat film-film tari bersama Katia Engel dan
bekerjasama dengan seniman alam (nature artist) Andy Goldsworthy. Karya Faozan
Rizal menunjukkan manusia dan alam dalam kesunyian yang meditatif.
Ia
sendiri telah mempelajari tari Jawa klasik dan Bali, menekuni pendidikan seni
lukis dan kemudian masuk sekolah film di La Femis, Paris. Karya-karya Faozan
Rizal telah ditampilkan dalam berbagai festival internasional seperti Singapore
International Film Festival, eKsperim[E]nto Film & Video Festival 2004
Filipina, Cinemanila International Film Festival dan Emirates Film Competition.
Faozan
Rizal bekerja sebagai aktor, penata sinematografi, sutradara film dan mengajar
di Fakultas Fotografi, Televisi dan Film Institut Kesenian Jakarta.
Film
cerita panjang pertamanya untuk bioskop sebagai sutradara, Habibie & Ainun(2012), bukan
hanya berhasil secara teknis dan estetika tetapi juga mendulang sukses komersial
yang luar biasa. Ia tetap aktif sebagai pengarah sinematografi untuk berbagai
bentuk film.
Isi
Setting
awal dimulai dari adegan ketika Habibie dan Ainun masih sama sama duduk di
bangku sekolah. Diceritakan bahwa Habibie dan Ainun merupakan dua anak yang
kemampuan otaknya di atas rata-rata . Dalam satu kesempatan di bawah sebuah
pohon, Habibie mengejek Ainun dengan berkata “ Ainun kamu jelek,
hitam,pendek,gendut seperti gula jawa”.
Setelah
lulus Habibie pun melanjutkan sekolahnya ke Jerman. Dan ia pun menjadi salah
satu jenius dan bekerja di sebuah perusahaan di jerman. Namun karena suatu
penyakit yang dideritanya sehingga ia kembali ke Indonesia. . Pada suatu hari
Habibie diharuskan menemani Fanny Habibie (adik dari Habibie) untuk
mengantarkan kue ke rumah Ainun di jalan Ranggamalela Bandung. dan di situlah
pertemuan mereka setelah sekian lama tidak bertemu. Habibie pun terkejut dan
terpesona melihat Ainun dan berkata pada Ainun kalau Ainun telah berubah dari
gula jawa menjadi gula pasir. Karena kecantikannya, Ainun disukai oleh banyak
pria, pria yang menyukai Ainun sebagian besar adalah orang berada. Namun hal
tersebut tidak membuat Habibie berkecil hati.
Suatu
hari, Habibie pun berhasil mengajak Ainun kencan dan pergi ke pesta dansa. Di
pesta itu Ainun memperkenalkan Habibie pada teman dekatnya. Sang teman dekat
sempat keceplosan dengan memberitahukan pada Habibie mengenai kehendak Ainun
untuk ikut Habibie ke Jerman. Sepulang dari pesta dansa, di atas sebuah becak
Habibie pun melamar Ainun dan mengajaknya pergi ke Jerman. Kemudian Habibie dan
Ainun pun menikah secara sederhana di Bandung. Setelah mereka menikah, mereka
pun berangkat ke Jerman. Disana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap
bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat sebuah pesawat anak bangsa seperti
janji yang pernah diucapkan olehnya ketika sakit.
Pada
suatu ketika Habibie diberi kesempatan untuk membuat pesawat di negerinya
sendiri. Habibie pun pulang ke Indonesia dan ditunjuk menjadi Menteri,
sementara Ainun dan anaknya tinggal di Jerman untuk berkarir sebagai dokter
anak .Habibie pun dipercaya menangani PT. Dirgantara Indonesia, dimana kemudian
dia akhirnya berhasil meluncurkan pesawat pertamanya Gatotkaca. kemudian
Habibie pun akhirnya diangkat menjadi wakil presiden, setelah itu menjadi
presiden menggantikan Soeharto.
Saat
menjabat menteri, Habibie sempat didatangi oleh seorang calo yang berusaha
menyogoknya untuk memenangkan tender demi kepentingan pihak-pihak tertentu.
Calo itu mengiming-imingi Habibie dengan jam, uang, bahkan wanita, namun
semuanya ditolak oleh Habibie.
Pada
tahun 1998, presiden lengser dan menyerahkan kekuasaannya pada Habibie. Habibie
pun menjadi presiden. Saat menjadi presiden Habibie bekerja sangat keras dan
tidak memperhatikan kesehatannya. Ainun sangat tidak suka dengan perilaku
Habibie yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Pernah suatu kali Habibie
bekerja hingga larut malam, Ainun pun menasihatinya dengan berkata “Kamu bukan
Superman, bagaimana kamu memimpin 200 juta jiwa bangsa Indonesia, kalau kamu
tidak mampu memimpin badan kamu sendiri?”
Sementara
itu kesehatan Ainun menurun drastis, pernah dalam satu pertemuan ia nyaris
pingsan, namun ia berusaha menutupi itu dan melarang temannya memberitahukan
hal itu pada Habibie. Pemerintahan Habibie pun mengalami banyak masalah, banyak
tudingan dari kanan kiri yang menuduh Habibie banyak terlibat kasus korupsi.
Habibie pun mengundurkan diri sebagai presiden. Ia pun memutuskan untuk
berlibur dan menghabiskan waktu bersama Ainun dan keluarganya. Sebelum ke luar
negeri ia pun sempat bersama Ainun mengunjungi hanggar kosong PT. Dirgantara
Indonesia, sambil sedih Habibie pun menyatakan kesedihannya karena pesawat
terbang buatan negeri sendiri tidak dipercaya oleh bangsa sendiri, padahal
berapa banyak penghematan yang bisa terjadi bila Indonesia menggunakan pesawat
buatan sendiri.
Sepulang
berlibur, Habibie baru menyadari kesehatan Ainun yang merosot drastis. Ternyata
kanker ovarium yang pernah dioperasi telah tumbuh kembali dan telah menyebar ke
seluruh tubuh Ainun. Habibie yang sangat khawatir mengantar Ainun berobat ke
Jerman. Di saat kritisnya sekalipun Ainun tak pernah lupa untuk menyiapkan obat
yang harus diminum suaminya. Setelah melewati operasi berkali-kali, dan
pengobatan yang memakan waktu dan biaya, Ainun pun akhirnya menutup mata untuk
selama-lamanya.
Kelebihan
- Akting, ekspresi, logat dan bahasa Reza Rahadian yang sangat mirip
dengan karakter dan gaya Habibie.
- Setting yang bagus. munculnya footage penerbangan perdana N-250 Gatot
Kaca yang dihadiri pak Soaharto dan ibu Tien, kemudian kerusuhan Jakarta
Mei 1998.
- Kita bisa melihat dari sosok ibu Ainun, kita bisa belajar bahwa
keluarga adalah segala-galanya. Bagi yang berumah tangga, banyak nilai
yang bisa diteladani.
Kekurangan
- Dari sosok Habibie yg diperankan oleh Reza ada beberapa gaya yang
terlihat aneh.
- Make up kurang real. Habibie dan Ainun tua tampak seumuran dengan
kedua anak mereka.
- Terlalu banyak munculnya iklan dan menurut saya cukup mengganggu.
- Ketika scene dimana Ainun harus di operasi, tidak diperlihatkan
sedikitpun adegan operasinya.
Penutup
Secara
keseluruhan film ini, bagus. Selain sebagai pembelajaran akan cinta sejati,
ketulusan, kesetiaan pada komitmen, rasa nasionalisme, film ini juga memberikan
gambaran nyata peristiwa pada tahun 1998-1999 seperti Tragedi TRISAKTI dan
Tragedi SEMANGGI yang sedikit terlupakan sejarah sehingga film ini sangat layak
untuk ditonton.
Advertisements


Komentar
Posting Komentar